When this life becomes more difficult, I hope my starlight will stay to give me little hopeness in this black holes darkness sky

krisjoko

Nokia Maps 2.0, GPS Plus Peta Sederhanakan Urusan Perjalanan

Tuesday, December 2, 2008 by Mas Kris

“Orang Jakarta” main ke “Jawa”, apa yang menjadi kesulitannya? Ketika mereka bertanya soal tempat alias lokasi. Rupanya “orang Jakarta” yang konon rata-rata berpendidikan modern ini kurang “diajari” menggunakan navigasi utara-selatan-timur-barat. Padahal di “Jawa” mungkin Anda akan sengsara jika tidak mengenal arah mata angin di sekitar.

Benturan budaya itu bisa diatasi dengan GPS (Global Positioning System) dan peta. Dengan keduanya, saat melakukan perjalanan, orang Jakarta tak usah “bete” ketika dipandu dengan mata patokan angin.

Mudik lebaran yang baru saja berlalu semakin menegaskan kebutuhan akan pentingnya perencanaan yang cermat atas perjalanan. Pada ruas jalan tertentu, kemacetan bisa terjadi sepanjang 12 kilometer pada hari puncak mudik. Waktu tempuh bisa molor 100% dibanding jadwal biasa.

Itu terjadi utamanya karena konsentrasi kendaraan pada satu jalur saja. Padahal kalau mereka yakin tahu jalan alternatif, mereka akan mau menjalaninya. Ini meski harus menempuh rute yang lebih panjang karena sedikit memutar dan melewati permukaan jalan yang tak mulus. Namun tetap lebih baik dibandingkan harus stress terjebak dalam neraka kemacetan berjam-jam. Masalahnya, tidak banyak yang berani ambil risiko mencari jalan alternatif karena tak cukup panduan.

Perjuangan mencari jalan alternatif memang jelas sudah banyak dilakukan. Namun kegiatan itu hanya sebatas komunikasi lisan yang bisa jadi justru semakin membingungkan. “Ambil jalan ke kiri selepas perempatan kedua yang ada patung polisinya,” kata saudara di ujung telepon. “Jangan masuk tol, macet banget, cari sembarang jalan asal jangan masuk,” tutur saudara lain yang sedang terjebak macet.

Mereka semua memberi amar, tetapi sering juga tak tahu solusinya. Atau ada yang tahu jalan alternatif tetapi ketika yang dipandu tidak nyambung atau sudah nyasar terlalu jauh, dia sendiri juga kelimpungan. Itulah mengapa orang banyak pasrah pada satu jalur sejuta umat. Maka ketika macet, macetnya juga berjamaah.

Padahal di scene lain, ada sementara orang yang saling memandu kolega tanpa banyak kata. Mereka cukup mengirimkan koordinat posisi lintang dan bujur lokasi yang dimaksud, dan orang lain akan setia menuju ke titik panduan itu dengan bimbingan peranti GPS.

Atau dengan bantuan peta, tidak perlu ribet dengan angka-angka koordinat lagi. Cukup aktifkan GPS, buka peta. Dan peranti Anda akan menunjukkan di mana posisi Anda, posisi titik-titik lokasi di sekitar, posisi jalanan utama, posisi rel kereta api, posisi sungai-sungai, posisi kota-kota bahkan negara lain di seluruh dunia.

Atas kerja berbagai pihak, titik-titik di peta itu sudah diberi nama sesuai dengan namanya di dunia nyata. Sangat memudahkan.

GPS dan peta adalah kolaborasi yang indah. Titik yang ditunjukkan oleh GPS mewakili pembawa peranti tersebut, konteks sekitarnya digambarkan oleh peta. Peta yang akurat sebaiknya digambar atas dasar citra satelit, sehingga presisi setiap titik lokasi selalu akurat.

GPS hanya menunjukkan sebuah titik. Tanpa peta yang menggambarkan situasi di sekitarnya, GPS tidak banyak berarti, utamanya bagi awam. Peta-lah yang memberi roh pada GPS. Peta menjadikan data-data GPS menjadi informasi yang bisa dicerna awam.

Jika membaca peta kita masih harus memastikan posisi kita sendiri, dalam peta ber-GPS kita sudah bisa dipetakan langsung sebagai titik di peta tersebut. Jika sedang bergerak ke suatu arah kita melenceng dari arah yang dituju, gerakan salah kita itu ditunjukkan di layar.

Ambil contoh, kita ingin mencari pom bensin terdekat ketika bahan bakar favorit mobil itu sedang tiris. Secara tradisional kita hanya akan menyusur jalan sambil berharap ada stasiun pompa bensin yang buka. Beruntung jika segera beroleh, kalau tidak?

Dengan peta ber-GPS yang sudah dilengkapi dengan konten POI (Point of Interest), maka lokasi pom bensin terdekat bisa terdeteksi plus jarak terdekat yang harus ditempuh dengan memperhitungkan jalan yang bisa dilewati. Dari data itu kita bisa memperhitungkan ketersediaan bahan bakar. Dan kepastian menemukan lokasi tanpa harus gambling menyusur jalan menjadikan perjalanan lebih efisien.

Ada contoh lain dalam penggunaan sehari-hari? Ada. Ternyata peta ber-GPS bisa mendukung kegiatan diet. Diet yang dibarengi dengan olahraga adalah pendekatan yang paling baik. Dan GPS bisa membantu mencatat seberapa jauh kita sudah melakukan kegiatan jalan kaki atau lari.

Semua itu diperoleh dari catatan lintasan dan kecepatan GPS yang kita bawa selama berjalan atau berlari tersebut, digabungkan dengan aplikasi sederhana pembakaran kalori. Tidak perlu instruktur jalan kaki khusus, aplikasi dan GPS itu telah membantu menghitung buat kita.

Peta ber-GPS adalah peta yang sangat nyaman, bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perjalanan. Dan kini, GPS tersebut bukan lagi mainan ahli geologi atau nakhoda kapal semata, namun sudah dijamah orang-orang awam gara-gara sudah dicangkokkan di ponsel kebanyakan. Maka menjamurnya penggunaan GPS dan peta dalam waktu dekat adalah keniscayaan.

Kepalang basah, pembuat ponsel yang menanamkan GPS dalam berbagai seri handset-nya seperti Nokia sekarang juga habis-habisan dalam konten petanya. Belum lama ini, bekerjasama dengan Navteq dan TeleAtlas, Nokia mengembangkan peta Maps 2.0 yang dilengkai dengan untuk lebih dari 200 negara di dunia yang bisa di-download dari http://maps.nokia.com. Dari sekian ratus peta itu, yang navigable sudah sekitar 70 negara. Navigable maksudnya adalah bahwa peta yang ada bisa dijelajahi berdasarkan lanskap yang ada.

Fitus navigasi pada Maps 2.0 adalah unggulan. Untuk memenuhi kebutuhan pelancong, ada dua pilihan mode: Drive alis menyetir dan Walk alias jalan kaki. Pada mode Drive akan ditunjukkan rute berdasarkan jalan-jalan utama yang tentu saja harus bisa dilalui mobil. Sedang pada mode Walk, penjelajahan bahkan bisa dilakukan dari pintu ke pintu seperti orang sedang mencari kerja, dengan modus pedestrian.

Kedua fasilitas itu, sayangnya, merupakan pelengkap tambahan yang tidak gratis. Untuk mendapatkan lisensi satu tahun keduanya, ongkosnya adalah Rp 1.084.700. Sedang kalau hanya ingin menggunakan selama sebulan misalnya, dikenakan biaya lisensi Rp 139.400.

Wah, dengan biaya sebesar itu mungkin tetap akan dibayar “orang Jakarta” daripada harus pusing mendengar panduan mata angin dari “orang Jawa” saat mudik.

Sumber: Sinyal

Filed under , having  

0 comments:

Post a Comment